Friday, July 9, 2010

Heed My Lecture


Hey girl you know you drive me crazy
one look puts the rhythm in my hand
Still I'll never understand why you hang around
I see what's going down

Cover up with make up in the mirror
tell yourself, "it's never gonna happen again"
you cry alone and then he swears he loves you



Do you feel like a man
when you push her around?
Do you feel better now as she falls to the ground?
Well I'll tell you my friend, one day this world's
going to end
as your lies crumble down, a new life she has found

A pebble in the water makes a ripple effect
every action in this world will bear a consequence
If you wade around forever you will surely drown
I see what's going down

I see the way you go and say your right again,
say your right again
heed my lecture

Do you feel like a man
when you push her around?
Do you feel better now as she falls to the ground?
Well I'll tell you my friend, one day this world's
going to end
as your lies crumble down a new life she has

One day she will tell you that she has had enough
its coming round again

Do you feel like a man, when you push her around?
Do you feel better now as she falls to the grown?
Well I'll tell you my friend, one day this world's
going to end
as your lies crumble down, a new life she has

Face down in the dirt she says, "this doesn't hurt",
she says, "I finally had enough."

[©Face Down-Red Jumpsuit Apparatus]

Tuesday, July 6, 2010

Sebuah Memo yang Tertunda

Saya punya banyak momen indah dalam hidup, dimana terselip momen-momen menyakitkan yang sudah tidak terasa lagi sekarang. Mudah saja, saya memaksakan diri untuk melupakannya, bahkan ada yang memang lupa dengan sendirinya. Namun kenangan, jauh lebih mudah dihapus daripada perasaan. Bukan perasaan cinta, atau segala hal tentang keromantisan. Ini lebih kepada, insting.


"If I could, I want to turn back the time, before all this was about to end."


Insting ini begitu redup di awal-awal perjalanan, bahkan sempat mati sama sekali. Insting ini kembali hidup di pertengahan jalan. Namun tidak ada insting yang lebih buruk dibandingkan apa yang saya rasakan detik ini.


"Kalau boleh, aku ingin kembali ke waktu lampau..."


Umur saya belum seratus tahun lamanya, saya hanya sebuah biji yang bahkan belum sempurna. Namun apa yang saya rasakan sudah lebih dari cukup, sampai kedewasaan saya sampai di tahap bisa mengubur semua hal yang tidak diperlukan atau perlu saya musnahkan. Itu sudah saya lakukan bertahun lamanya, meski terkadang sisi kekanakan muncul kembali dalam porsi yang nyaris utuh. Namun itu hanya godaan belaka yang tidak ada artinya karena aku memilikinya.

Nyaris seutuhnya atau bahkan bisa dibilang sudah sempurna, saya memilikinya. Musnahkan saja insting itu, sama sekali tidak berarti dan dapat dihiraukan. Namun tidak, mengingat bagaimana semuanya menjadi seperti ini sekarang. Ini dentuman besar untuk hati dan insting itu, kenangan-kenangan akan perasaan itu, seperti digali kembali.

Seakan mengalaminya lagi, namun aku tidak ingin ini berlanjut.


"...sebelum semuanya terlihat nyaris berakhir."


Tidak adakah yang bisa melihat kesungguhan hati? Tidak cukupkah jika hanya kami saja yang merasakannya tanpa harus benar-benar terlihat secara real untuk orang lain? Demi Tuhan, segenap tenagaku tumpah setiap malam hanya untuk memikirkan ini. Lihatlah rupanya yang sudah tidak elok lagi ketika bersama saya Apa yang dipikirkannya saya pun sangsi. Saya benar-benar egois, seperti kebanyakan orang bilang. Namun semua orang begitu egois di mata saya sekarang. I hate the word "end," begitu kata teman saya. Apakah ada yang menginginkan kalimat itu bernaung di tiap serat otaknya? Tidak. Adakah yang mengharapkan di tiap inci hatinya? Tidak.

Tolong, jangan membuat saya tersinggung untuk lebih lama lagi.

Tidak cukupkah dua puluh dua bulan ini bagi kalian?


Friday, July 2, 2010

Demi Belanda VS Brazil



Berawal dari pengen ngerasain nonton bola pake layar tancep, saya, pacar, dan adeknya pacar pergi ke tempat makan yang ada layar tancepnya bernama Gampoeng Aceh. Padahal saya lagi meriang, tadi sore aja mandi trus tripping di kamar mandi sendirian. Sampe nyetel hair dryer ke badan sendiri. Tapi demi pertandingan besar gapapa lah, paling saya perlu gulungan tisu dan jangan salahkan kalo ada baju yang saya peperin lem-alami dari hidung saya, xixixi~

Pas sampe sana, jam setengah 9, ramenya setengah mati. Bisa dibilang kalo itu restoran gak ada pagar luarnya, itu udah pada menggelar tikar plus rantang berisi pecel ayam. Akhirnya pergi ke Dago Plaza, masuk ke cafe Oh La La.

Oh La Laaaa....ruamenya pol! Akhirnya berdiri aja saking gak dapet tempat duduk, yang penting layar tancep masih keliatan. Eh kok ada mbak-mbak pake baju kuning, rok mini winny bitty, rambut BuCeRi (Bule ngeCat sEndiRi), megal megol gak karuan sambil ngegodain mas-mas yang duduk di depan saya. Ngegodainnya gitu lagi, "Ayang, nanti mau ya? Ya?" Sambil ketip-ketip kelilipan. Sumprit tuh cewek udah pengen saya culek matanya pake bola Jabulani. Eh gataunya mulai kegatelan ngeliatin pacar dan adeknya pacar. Saya sempat berencana mencegat dia kalo pulang nanti, trus saya jepret bibirnya pake ketapel.

Break time. Karena takut varises, akhirnya nyari cafe lain, siapa tau ada yg kosong. Eh ketemu, namanya cafe Balera. Remang-remang indehoy gitu deh. Trus adeknya pacar minta 3 kursi buat dipesen. Eh Mbaknya malah ngomong gini, "Iya, tapi minimal 1 orang bayarnya 50ribu, terserah mau pesen apa." ASEM! Kapan-kapan saya bikin layar tancep di deket kosan, pajang baliho gede, "NONTON GRATIS 3D WORLD CUP 2010! Catatan: bayarin kos saya minimal 200ribu." Makmur sentosa saya.

Akhirnya toh masuk juga ke cafe itu. Cozy juga, makanannya juga oke. Tapi saya curiga kokinya nonton bola juga, soalnya lamaaaaaaaaaaa banget tuh pesanan keluar. Baru setelah Brazil menangis dan Belanda bersorak-sorai, tuh makanan lancar banget keluarnya. Tapi parah banget deh itu pertandingan. Saya ngerasanya kurang sportif. Banyak diving, banyak kekerasan, dan wasit ga bisa dibilang memihak juga sih, tapi itu pertandingan Brazil yang paling emosional.

Dampaknya: pacar saya yang udah dandan pake jaket Brazil harus melepas jaketnya (yang sebenernya gak dilepas juga, tapi begitu ada pendukung Belanda teriak-teriak, "Hidup belanda! Hidup belanda!" dia langsung ngajak pergi dari cafe. Takut ada perang pecah mungkin), dan temen saya harus dangdutan "Madu Tiga" gara-gara Brazil kalah. Yah ga masalah sih, semuanya akan terjawab di pertandingan selanjutnya, siapa yang lebih berhak dan lebih kuat.

Tapi ada untungnya Belanda menang, soalnya temen saya satu lagi janjinya mau nyebur ke sawah kalo Belanda kalah.

Catatan: logo World Cup 2010 itu Zakumi, jangan sampe salah keyword di Google jadi Kazumi, itu bintang porno Jepang... -.-" *ngakak setres gak sengaja liat fotonya*

Thursday, July 1, 2010

Eclipse (2010): Sebuah Drama Ciuman di Bawah Rembulan


Sengaja gw pajang poster New Moon versi Jacob karena poster ini sudah menggambarkan mayoritas cerita yang harusnya bertema vampir-manusia-werewolf.

Berawal dari bisikan gaib teman sepermainan yg menyebutkan novel twilight nyaris sepanjang 24jam x 1hari. Penasaran, gw beli deh tuh novel. Gw baca dari awal, wogh, asik juga. Bahasanya simpel. Baca terus, ampe kesengsem berat sama deskripsi Edward Cullen, meski sudah lama sekali gw gak menemukan novel yang menampilkan Mr. Perfect. Gini nih kebanyakan baca Chicklit, dimana cowok-cowok ganteng nan kekar pada akhirnya ternyata gila, hypers*x, ato bahkan homo. Bukankah tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini? Make sense, tapi susah kalo udah napsu duluan ama deskripsi Edward Cullen.

Meski gw gak baca sampe abis (setengah doang, entah kenapa gw males ngabisin novelnya), begitu ada filmnya, gw langsung bersemangat buat nonton. Duduk, siap-siap blushing, and here we go...

Keluarga Cullen datang dengan gaya, gelantungan di mobil jeep keren yg mahalnya bisa bikin gw gak sekolah berapa taun tuh. Itu yg gw inget dari kemunculan pertama mereka. Jasper, oke. Alice, oke. Emmet, freakin' hawt! Rosalie, cool (andaikan rambut gw sepirang dia meski bakal diteriakin alay). Begitu yang ditunggu-tunggu muncul: Edward Cullen.

PLAAAAAAAAAKKKK!!!

Pipi gw kayak ditampar panci panas. Bukannya blushing seperti harapan gw, gw malah, "CEDRIC DIGGORY?!" Gw kaget setengah mampus. Gw gak terlalu percaya pas beberapa waktu sblm film ini resmi di bioskop, ada selentingan kabar yg bilang Pattinson bakal jadi si Edward. Pas liat kenyataan, harapan gw akan Gaspard Ulliel yang mejeng di depan layar sirna...*mojok di sudut kamar*

Setelah kecewa sama visual Edward dan jalan cerita secara keseluruhan, gw berpikir dua kali buat nonton New Moon. Tapi toh, berkat dorongan teman-spesial (asek kan gw) akhirnya nonton juga. Sesuatu yg bikin gw kaget:
1. Itu kenapa Jacob jadi cakep gitu??
2. BADANNYA MEEEEEENNNNNNNNNNNNNNN! Perut kayak papan gilesan!
3. Itu semua werewolf-nya telanjang dada dan...kenapa musti pake celana pendek dan kets sih?!
Maksud gw kan, ga harus selalu bugil gitu...superman sama batman aja udah paling pol ngeliatin celana dalemnya, lah ini werewolf doyannya bugil sama catwalk di depan kamera. Gw yakin, cowok-cowok yang nonton film ini langsung deh: "HIH! Kapan badan gw kayak gitu!" dan dilanjutkan dengan umpatan-umpatan. Satu lagi, kenapa muka si Edward makin tidak membuat gw nafsu... :(

Film terbaru: Eclipse. Di mata gw bagaikan film percumbuan yang gak ada abisnya. Mulai dari awal pas mereka ngobrol di padang bunga, lanjut di rumah, di tempat tidur rumah Cullen, Bella minta cium ke Jacob, dll. Bagi gw, hal yang aneh mereka ngomong dengan jarak sedekat itu. Ato emang pesona vampir sebegitu menggodanya? Tapi sayangnya, gw tidak tergoda (hahaha!). Si jacob tampil seksi lagi. Badan fitnes, celana pendek dan kets yang udah jadi kostum kebangsaan werewolf dan gigi putih pepsodent. Gw akui, mata sipitnya bikin dia jadi lebih hot dibanding Edward. Bella, i think you choose a wrong guy, gyahaha! Akui saja, Bella di film ini terlihat seperti anak ABG labil yang padahal udah mau lulus SMA. Tapi memang sih alasannya untuk bingung milih siapa make sense. Kalo gw sih ya pilih Jacob, fufufu!

Volturi? Tampil kalem, meskipun porsi kehebatan dan kesadisan mereka gak begitu ngena di hati. Dakota Fanning juga gak ditampilkan maksimal dan untungnya, mata gw udah mulai terbiasa dengan muka Edward dan Bella yang resah-resah (sori) horny gitu. Ciumannya banyak banget pula. Sepanjang film gw selalu mikir, "Duh, ntar gw harus komentar apa ke pacar saya?" dan berkali-kali nengok si teman-spesial, sapa tau dia ada gelagat aneh, jadi gw gak perlu pulang bareng dia...buahaha!

Gw malah suka aktor yang baru masuk, yg berperan sebagai Riley. Coba dia muncul di Underworld, atau Queen of the Damned, wah...bisa lebih oke tuh. Si Victoria juga cool, meski gw kurang puas sama mimik mukanya sih... :p

Overall, scene pertarungannya cukup mencengangkan. Hanya saja jika sutradara mau lebih fokus untuk tidak membuat film ini terkesan terlalu dramatis atau terlalu berusaha membuat perfect sex-appeal between Bella-Edward atau Bella-Jacob, film ini bisa jadi film modern yang ringan dan lebih menghibur. True Blood misalnya. Film vampir modern yang bener-bener oke dan tidak terkesan terlalu membuat si Billy menjadi Vampir yang punya sindrom ganteng tingkat dewa. Cukup muncul, ngomong dikit, liatin taring, ciuman dikit, dan dia jauh terlihat seksi dibanding vampir2 di Twilight. Dan teman-spesial? Gw yakin dia cuma pengen liat Bella karena film kesukaan dia cuma Underworld doang yang sulit untuk dibandingkan dengan Twilight dan konco-konconya.

Tapi harus gw akui, Carlisle cakep banget di film ini, huahahahahaha!


 
Blog Template by suckmylolly.com : Header Image by Roctopus