"If I could, I want to turn back the time, before all this was about to end."
Insting ini begitu redup di awal-awal perjalanan, bahkan sempat mati sama sekali. Insting ini kembali hidup di pertengahan jalan. Namun tidak ada insting yang lebih buruk dibandingkan apa yang saya rasakan detik ini.
Nyaris seutuhnya atau bahkan bisa dibilang sudah sempurna, saya memilikinya. Musnahkan saja insting itu, sama sekali tidak berarti dan dapat dihiraukan. Namun tidak, mengingat bagaimana semuanya menjadi seperti ini sekarang. Ini dentuman besar untuk hati dan insting itu, kenangan-kenangan akan perasaan itu, seperti digali kembali.
Seakan mengalaminya lagi, namun aku tidak ingin ini berlanjut.
"Kalau boleh, aku ingin kembali ke waktu lampau..."
Umur saya belum seratus tahun lamanya, saya hanya sebuah biji yang bahkan belum sempurna. Namun apa yang saya rasakan sudah lebih dari cukup, sampai kedewasaan saya sampai di tahap bisa mengubur semua hal yang tidak diperlukan atau perlu saya musnahkan. Itu sudah saya lakukan bertahun lamanya, meski terkadang sisi kekanakan muncul kembali dalam porsi yang nyaris utuh. Namun itu hanya godaan belaka yang tidak ada artinya karena aku memilikinya.Nyaris seutuhnya atau bahkan bisa dibilang sudah sempurna, saya memilikinya. Musnahkan saja insting itu, sama sekali tidak berarti dan dapat dihiraukan. Namun tidak, mengingat bagaimana semuanya menjadi seperti ini sekarang. Ini dentuman besar untuk hati dan insting itu, kenangan-kenangan akan perasaan itu, seperti digali kembali.
Seakan mengalaminya lagi, namun aku tidak ingin ini berlanjut.
"...sebelum semuanya terlihat nyaris berakhir."
Tidak adakah yang bisa melihat kesungguhan hati? Tidak cukupkah jika hanya kami saja yang merasakannya tanpa harus benar-benar terlihat secara real untuk orang lain? Demi Tuhan, segenap tenagaku tumpah setiap malam hanya untuk memikirkan ini. Lihatlah rupanya yang sudah tidak elok lagi ketika bersama saya Apa yang dipikirkannya saya pun sangsi. Saya benar-benar egois, seperti kebanyakan orang bilang. Namun semua orang begitu egois di mata saya sekarang. I hate the word "end," begitu kata teman saya. Apakah ada yang menginginkan kalimat itu bernaung di tiap serat otaknya? Tidak. Adakah yang mengharapkan di tiap inci hatinya? Tidak.
Tolong, jangan membuat saya tersinggung untuk lebih lama lagi.
Tidak cukupkah dua puluh dua bulan ini bagi kalian?
Tolong, jangan membuat saya tersinggung untuk lebih lama lagi.
Tidak cukupkah dua puluh dua bulan ini bagi kalian?
0 comments:
Post a Comment